Sebaiknya Marko Simic Menggunakan Bully Filter


Nama Marko Simic tiba-tiba muncul pada Google Trends untuk wilayah Indonesia pada 5 Juni 2018. Setelah ditelusuri, trend pencarian terhadap nama Marko Simic muncul karena pria tersebut diduga melakukan pelecehan terhadap salah satu pedangdut terkenal tanah air, Via Vallen.

Dilansir dari Instagram resmi Via Vallen, pelantun lagu yang berjudul “Sayang” tersebut mengunggah keresahannya akibat pelecehan seksual yang baru saja dideritanya. Dalam Insta Story miliknya, dia mengatakan bahwa terdapat seorang pemain sepak bola tanah air yang mengirimkan pesan langsung melalui Instagram secara tidak sopan kepadanya.

Meskipun penyanyi kelahiran 1 Oktober 1992 tersebut tidak menyebutkan identitas sang pelaku tetapi banyak netizen yang menyebutkan bahwa Marko Simic adalah pelakunya. Para fans dara berumur 26 tahun tersebut turut mencocokkan gambar serta centang biru di avatar Marko Simic dengan Instagram Stories dari penyanyi asal Jawa Timur tersebut. Sontak, Instagram milik pesepak bola tersebut pun mendapatkan serangan dari Vyanisty dan para netizen.

Kasus tersebut, pelecehan terhadap perempuan dan serangan terhadap akun milik selebriti, merupakan salah satu isu yang sedang disoroti oleh pihak Instagram. Pelecehan, bullying, maupun tindakan ofensif lainnya telah lama mencuri perhatian perusahaan.

Selasa, 29 Mei 2018, Instagram menyatakan bahwa pihaknya akan memperluas inisiatif mengenai perlawanan terhadap bullying. Instagram telah menambahkan  filter baru untuk menghapus komentar-komentar pelecehan maupun penindasan. Perusahaan mengatakan bahwa mereka akan melakukan peninjauan terhadap akun-akun yang komentarnya sering terkena penyaringan oleh pengguna lain. Jika akun tersebut terbukti melanggar pedoman komunitas Instagram maka perusahaan akan mengambil tindakan terhadap akun tersebut. Filter baru juga akan menyembunyikan komentar yang menyerang penampilan atau karakter seseorang.

Langkah inisiatif yang dilakukan oleh Instagram kali ini merupakan langkah inisiatif kedua kalinya. Tahun lalu, Instagram berusaha untuk mencekal komentar-komentar yang bernada ofensif.

“Perlu dijelaskan bahwa kami tidak mentoleransi penindasan di Instagram,” ungkap Kevin Systrom selaku Chief Executive dan co-founder Instagram kepada pengguna Instagram dalam suatu blog post di blog milik Instagram. Perusahaan juga akan memperluas kebijakan untuk mencegah dan melindungi tokoh masyarakat yang sering menjadi sasaran pesan-pesan penuh kebencian.

Artikel Terkait: