5G dan Kenapa (Sebagian Besar) Indonesia Tidak Membutuhkannya

5G Network

Kalau mendengar teknologi terbaru, beberapa orang langsung bersemangat untuk mencobanya. Tapi kalau mendengar teknologi 5G, lebih baik jangan berharap terlalu besar terutama di Indonesia untuk setidaknya 2 tahun ke depan. Tulisan kali ini lebih untuk memberikan pandangan dan prediksi teknologi seluler 5G di Indonesia. Kenapa sebenarnya (sebagian besar) rakyat Indonesia tidak membutuhkannya (dalam waktu dekat).

Sebelum membahasnya, sebagai technology enthusiast, penulis tidak menyangkal kalau penulis juga ingin mencoba teknologi terbaru tersebut. Dulu, ada operator Bolt! yang menawarkan 4G LTE tapi memerlukan modem router tambahan yang harus kalian beli secara terpisah dan bisa dibilang jadi operator 4G LTE pertama yang benar menawarkan teknologi tersebut ke konsumen banyak. Tapi penulis tidak bisa berkata kalau itu adalah 4G LTE yang ingin diraskan oleh orang banyak. 4G yang sesungguhnya menurut penulis adalah saat diimplementasikan ke Smartphone – tanpa perlu adanya modem eksternal.

Nano SIM 4GSaat 4G belum diimplementasikan oleh operator big 3 (Telkomsel, Indosat, dan XL) penulis membeli smartphone Nokia Lumia 1030 yang sudah memiliki kemampuan 4G meskipun belum aktif dan dapat digunakan di Indonesia. Penulis juga menawarkan adik penulis untuk membeli smartphone Asus Padfone S yang sudah memiliki kemampuan 4G. Singkat cerita, karena Nokia Lumia 1030 menggunakan nano-SIM, yang pada zamannya hanya digunakan oleh sebagian kecil perangkat, pilihannya ada 2: memotong kartu atau menggantinya di gerai operator. Penulis memutuskan untuk menggantinya di gerai operator dan ternyata operator sedang mempersiapkan implementasi 4G untuk konsumen banyak, sehingga semua yang sudah menggunakan nano SIM akan dapat mencicipi teknologi 4G saat diluncurkan ke masyarakat.

Singkat cerita, karena sudah menggunakan nano SIM dan memiliki smartphone 4G, pengguna menjadi orang paling “keren” karena punya tulisan LTE di saat teman-teman penulis masih memiliki tulisan H+. Kecepatan 4G pada awal peluncuran tergolong luar biasa karena setiap percobaan penulis bisa mendapatkan kecepatan unduhan di atas 40Mbps di rumah penulis. Bayangkan dengan kecepatan 4G sekarang yang mendapatkan kecepatan unduhan hanya di bawah 5Mbps di tempat yang sama. Kenapa turun? Karena sekarang praktiknya semua smartphone yang dijual adalah 4G dan koneksi sekarang harus dibagi ke banyak perangkat dibandingkan dengan pertama kali penulis menimkatinya sendirian.

5G Network 4G Network LTE Machine-to-Machine

Balik lagi ke 5G, penulis berpendapat kalau 5G sebenarnya tidak akan bisa dirasakan oleh konsumen banyak, dasarnya? Artikel pada kementerian komunikasi dan informatika, teknologi 5G pertama kali akan dirasakan oleh machine-to-machine (M2M), maksudnya? Sama seperti saat operator bolt! menawarkan perangkat modem 4G ke konsumen. Menurut penulis alasnnya cukup banyak kenapa awalnya akan ditujukan untuk M2M, dan yang paling terlihat jelas adalah ketersediaan perangkat yang mendukung teknologi seluler 5G, seperti istilah “telur atau ayam duluan”: Tanpa perangkat 5G, teknologi 5G tidak berguna dan tanpa teknologi 5G, perangkat 5G tidak berguna. Harus ada yang mulai duluan, yang paling murah adalah menjual modem 5G karena dengan modem 5G, banyak yang bisa merasakan koneksi 5G via WiFi maupun kabel LAN.

5G Network 4G Network Snapdragon 855
Lalu yang berharap smartphone yang kalian beli sekarang bisa mendukung teknologi 5G, JANGAN BERHARAP! Teknologi 5G adalah teknologi generasi ke-5 yang menggunakan teknologi berbeda dari 4G, sehingga membutuhkan modem yang benar-benar baru yang berarti harus ada perubahan di sisi hardware. Bahkan, Snapdragon 855 yang digadang-gadang memiliki konektivitas 5G nyatanya menggunakan chip modem 5G di luar SoC. Jadi ada, kemungkinan vendor smartphone akan menggunakan SoC Snapdragon 855 tapi tidak membenamkan chip 5G dengan alasan biaya.

5G Network 4G Network Speed
Lalu kenyataannya, teknologi 4G LTE sendiri sebenarnya belum dipakai maksimal di Indonesia. Teorinya 4G LTE dapat menikmati koneksi hingga kecepatan unduhan 1000 Mbps dan unggahan 500 Mbps. Dengan teknologi carrier aggregation di Indonesia bahkan masih belum bisa mendekati setengah dari kecepatan tersebut, jadi prediksi penulis teknologi 4G umurnya masih akan sangat panjang di Indonesia.

Tapi, bukan berarti penulis antipati terhadp teknologi 5G. Fungsi nyata dan yang benar-benar bisa diimplementasikan sekarang adalah pembangunan infrastruktur untuk daerah yang belum terjangkau kabel fiber optic. Dengan adanya teknologi 5G, pihak industri dapat mengganti (sementara) fiber optic dengan jaringan seluler 5G. Sehingga antara 2 tower BTS, dapat dihubungkan dengan teknologi seluler 5G yang memiliki kecepatan tinggi, lalu baru disebarkan menggunakan teknolgi seluler yang sudah ada, sebut saja 3G, 4G , atau bahkan WiFi. Untuk BTS sendiri dapat berjalan mandiri menggunakan kombinasi baterai dan sel surya untuk operasi 24 jam tanpa henti (kecuali ada hujan atau berawan).

Akhir kata, apakah 5G akan membantu? Pastinya. Apakah rakyat Indonesia membutuhkannya? Sebagian iya dan sebagian lainnya tidak karena nyatanya 4G LTE masih memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia.

Artikel Terkait: