Mengenal Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence), Mengapa dan Untuk Apa?


Apa yang pertama kali muncul di pikiran kalian mengenai Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan? Gambaran pertama kali yang muncul di pikiran penulis saat mendengar atau membaca mengenai Artificial Intelligence yang sering disebut sebagai AI ini adalah film “I, Robot”. Ternyata gambaran tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi AI menurut merriam-webster, yang jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia berbunyi “kemampuan sebuah mesin untuk meniru kecerdasan perilaku manusia”.

Artificial Intelligence I, Robot

Berdasarkan proposal yang penulis kutip dari sebuah proposal pada tahun 1955 mengenai proposal proyek penelitian musim panas Dartmouth. Beberapa aspek yang menjadi masalah mengenai kecerdasan buatan adalah:

  1. Komputer otomatis
  2. Cara memprogram sebuah komputer untuk menggunakan sebuah bahasa
  3. Jaringan neuron
  4. Teori ukuran sebuah perhitungan
  5. Pengembangan diri
  6. Abstraksasi
  7. Keacakan dan kreativitas

Mengingat 7 hal tersebut adalah permasalahan pada tahun 1955, tentu 2017 sudah banyak permasalahan yang hampir terselesaikan.

Sebuah AI yang lengkap berarti sebuah komputer yang dapat berjalan otomatis untuk meniru kemampuan dari otak manusia, mampu mencerdaskan diri sendiri tanpa bantuan manusia, mampu menyelesaikan hal abstrak, acak, serta memiliki kreativitas dalam memecahkan masalah seperti manusia.

Mengapa AI perlu ada? Pertanyaan ini sebenarnya cukup sederhana dijawab. AI dibutuhkan karena manusia memiliki keterbatasan, yang paling terasa adalah keterbatasan waktu dan kemampuan seorang individu untuk melakukan sebuah hal sendiri.

Seorang manusia hanya bisa bekerja sekian waktu dalam satu hari, beberapa dari kalian pasti pernah mendengar kalimat ini “Andai satu hari lebih dari 24 jam”. Dengan diciptakannya AI, manusia dapat “meminta” komputer untuk menyelesaikan permasalahan kompleks 24 jam/7 hari dalam setahun selama persediaan energi listrik ada. Sedangkan manusia akan fokus pada permasalahan lain yang masih belum bisa diselesaikan oleh mesin.

Permasalahan lain yang masih harus dikembangkan di AI adalah masalah kreativitas. Mengingat kreativitas adalah satu kunci seseorang (atau dalam hal ini sesuatu) bisa berkembang. AI harus bisa mencari sebuah permasalahan dan mencari kesimpulan yang bersesuaian dengan permasalahan tersebut. Tentu dengan pertimbangan-pertimbangan yang banyak, bukan hanya pertimbangan finansial, tapi hingga pertimbangan sosial, budaya seperti emosi hingga dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkannya.

Bagaimana cara membuat komputer lebih “manusiawi”? Cara paling sederhana adalah membuat komputer “belajar sendiri” dari data-data yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Seperti sumber literatur yang sudah ada, data interaksi manusia di media sosial, serta data statistik yang dikumpulkan.

Untuk menjawab pertanyaan “Untuk Apa?”, jawaban sederhananya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Mungkin sebuah mesin dengan “kreativitasnya” dapat menemukan obat kanker, masalah kelaparan dunia, serta tata sosial yang optimal dibandingkan yang sudah ada.

Sebagai disclaimer, penulis berusaha menjelaskan mengenai Artificial Intelligence dengan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam, semua dikumpulkan dari berbagai sumber dan penulis coba ubah tata tulisnya sehingga mampu memberikan gambaran bagi mereka yang ingin mengerti mengenai Artificial Intelligence dan berharap jadi pintu masuk awal bagi pembaca.

Artificial Intelligence Yang Membuat Manusia, Manusia

Akhir kata, penulis akan menuliskan sebuah kalimat yang pernah penulis dengar atau baca dari sumber yang penulis lupa asalnya. “Yang membuat manusia, manusia adalah ketidaksempurnaannya”. Apakah kecerdasan buatan yang ada nanti akan selalu benar atau akan memiliki faktor ketidaksempurnaan? Waktu yang akan menjawab.

Artikel Terkait: