YouTube Music Sang Penantang Spotify juga Apple Music
YouTube Music, seperti namanya, adalah layanan streaming musik yang akan diluncurkan pada 22 Mei 2018. Secara terang-terangan, YouTube Music dihadirkan untuk bersaing dengan Apple Music dan Spotify. Pengguna akan dikenakan biaya sebesar $ 9,99 Amerika Serikat (AS) per bulan setelah berakhirnya masa uji coba gratis.
Akan ada versi gratis dimana iklan akan ditayangkan pada versi tersebut. Namun, dalam versi YouTube Music yang gratis tidak terdapat fitur-fitur premium seperti mendengarkan lagu saat aplikasi lain sedang berjalan, mendengarkan lagu yang telah diunduh, dan juga fitur pencarian musik. Layanan baru ini akan menggantikan layanan Google Play Musik yang telah ada sebelumnya.
YouTube Music awalnya merupakan bagian dari YouTube Red, layanan streaming video dari YouTube. Meskipun YouTube Music dan YouTube Red akan dipisahkan, pelanggan masih dapat berlangganan kedua layanan tersebut apabila mereka telah berlangganan YouTube Red, yang sekarang, harganya adalah $ 11,99 AS per bulan. Mungkin, nantinya, YouTube Red akan dikenal sebagai YouTube Premium karena ia mencakup musik dan juga video.
Bingung? Yah, pada dasarnya pelanggan dapat memilih untuk berlangganan musik saja. Namun, dengan tambahan sebesar $ 2 AS per bulan, akses penuh terhadap layanan video pun dapat dinikmati.
Pemisahan layanan tersebut sangat masuk akal ketika mempertimbangkan berapa banyak orang yang menggunakan YouTube hanya untuk mendengarkan musik secara gratis dibandingkan dengan jumlah pengguna layanan streaming yang menawarkan pengalaman lebih baik, seperti Spotify dan Apple Music. Hal ini dapat dijumpai di banyak negara berkembang dimana banyak penikmat YouTube di sarana angkutan publik dan tempat umum lainnya menjadi target incaran dari Spotify dan layanan sejenisnya. Agar hal itu tidak direbut oleh para pesaing maka Google menghadirkan layanan streaming musiknya tersendiri.
Dikatakan bahwa layanan baru dari YouTube ini sedang difokuskan di negara-negara maju pada mulanya. Perusahaan mengatakan bahwa pasar pertama mereka adalah AS, Australia, Selandia Baru, Meksiko, dan Korea Selatan. Selanjutnya, perusahaan akan memperluas layanan tersebut ke Austria, Kanada, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Irlandia, Italia, Norwegia, Rusia, Spanyol, Swedia, Swiss dan Inggris. Mari kita nantikan kapan layanan ini akan hadir di Indonesia.
dilansir dari techcrunch.com